"Bittersweet... romance blooms... You'll cry in spite of yourself." -People
Nicholas Spark, penulis novel romansa yang kisah-kisahnya sering diadaptasi ke layar lebar. Salah satu novel yang diadaptasi ialah Nights in Rodanthe. I don't know. Dari semua film yang diadaptasi dari novel Nicholas Spark yang sudah aku tonton, I don't like them. Tapi, aku suka gaya bahasanya yang renyah di pikiranku. Aku pun setuju ia termasuk ke dalam New York Time Bestselling Author. Menurutku, untuk menjadi penulis yang hebat tidak harus menyuguhkan kisah atau tokoh yang hebat, tapi bagaimana penulis itu mampu merangkai kata untuk menceritakannya lah yang jadi penilaian.
Aku menikmati setiap kalimat di buku ini. Bahkan hatiku remuk, hancur besar-besaran, dan serpihannya berhamburan ketika mengetahui suami Adrianne meninggalkannya begitu saja demi wanita lain. Aku bisa membayangkan bagaimana Adrianne harus berjuang keesokan harinya hidup dengan bayang-bayang pengkhianatan suaminya dan harus membesarkan ketiga anaknya sendiri. Walau aku belum nikah (eyaaa), coba deh bayangin mau obob di tempat tidur terus ngebayangin dulu orang yang sering tidur di sebelah mencintai kita bertahun-tahun tapi sekarang sama wanita lain lagi berbagi cinta. Oh, Demi Dewa, apa salah tapasyaaaahhh????
But then, Adrianne bertemu dengan Paul, dokter bedah yang kini tersangkut masalah akan kematian seorang pasien. Paul menginap di salah satu hotel di Rodanthe, hotel milik kawan dekat Adrianne. Mereka bertemu pada moment yang tepat. Paul telah diceraikan oleh istrinya karena Paul terlihat tidak peduli dengan apapun kecuali karirnya sendiri sebagai dokter bedah. Pertemuan awal-awal Adrianne dan Paul membuatku berjingkrak-jingkrak dan joget-joget lucu di kasur. Tapi setelah kedekatan mereka makin merekat bagaikan lem Fox. Oh man, I've had enough of this.
Aku menghargai Nicholas Spark yang berusaha menyodorkan dan mengenalkan bahwa cinta tak kenal umur atau kata terlambat. Adrianne dan Paul saling jatuh cinta pada umuran setengah abad. Tetapi ada pepatah yang bilang, kalau terlalu manis kita bisa kena diabetes. Dan apapun yang berlebihan, pasti akan kehilangan makan. When they exposed their love, they're just like two juveniles fell in love with each other. Ya mungkin begitulah cinta antara dua insan. Ketika orang ketiga mencoba mengobservasi, kedua insan itu akan terlihat bodoh. Tapi cinta yang seperti ini aku rasa tidak riil terjadi di kehidupan normal pada orang yang dewasa. Ah entahlah, apa aku yang tak pernah merasakan gilanya jatuh cinta atau aku yang terlalu menilai.
But I thank to Nicholas Spark for gave me a chance to enjoy my five hours by reading this novel. I give it 3 from 5 stars

Tidak ada komentar:
Posting Komentar