Sabtu, 28 Mei 2016

Semeru and Strangers!

Oh God, gue masih di St Jatinegara! Sejam lagi kereta Jayabaya berangkat dari St. Pasar Senen, dan gue masih di STASIUN JATINEGARA???!!!! Oh man, I'm screwed!!

Gue merangkai perpisahan dengan sekian rupa pada Erlang, cowok yang belum pernah gue temuin sama sekali sebelumnya, bahwa gue ini mustahil bisa ikut naik ke Semeru. Dan butiran air sebesar Danau Segara menggenang di mata gue. *mewek di pinggir rel kereta*

But God is kind. Nggak lama armada CL mengarah St. Pasar Senen pun tiba. Kapal nggak jadi oleng, Kapten. Hilang sudah nestapa dan hati ini pun bahagia. Tapi.. tapi.. tapi.. jarum panjang pun terus bergeser, and why this train is NOT going anywhere??? Bagai diterpa ombak gelombang tsunami di siang hari, sukses bikin semangat gue mati suri lagi. Demi Dewa, apa salah Tapasya? 

Memang Tuhan itu baik banget. Someone came from nowhere asked me where I'm going to, and he told the same story like I had. At least I had a friend. Sesampainya di St. Pasar Senen, kita berdua langsung terbirit-birit masuk ke antrian tiket dan bertemu lagi di kereta yang sama.



Sesampainya di St. Malang, gue dan Erlang bertemu dengan Rudi dan Alfian. And fortunately we got along! But accidentally, I found the same person that I've met in CL. And he was startled that I was about to hike with totally strangers and they all are guys.

"Lo gila ya, lo cewek sendiri. Kok lo berani-beraninya nanjak bareng cowok-cowok kayak gitu dan nggak lo kenal juga."

Matilah anak ayam! Bisa nggak sih reaksi lo biasa aja!

Sebenernya ini cowok yang masih nggak gue tau namanya itu bukan syok ngeliat wajah tampan Rudi, Alfian, dan Erlang. Melainkan syok ngeliat gerombolan pendaki2 bernampilan rada brekele yang lagi sharing masalah perangkotan ke Tumpang.

"Itu bukan temen gue. Jangan lebay, plis!"

Dan kita pun berpisah untuk selama-lamanya.

Holly cow! Keren banget pemandangannya. Gilak emang pemandangan dari Tumpang sampe Desa Ranupane itu kece bingit. Setelah ngelewatin beberapa perkampungan dan kebun-kebun apel hijau, kita bakal ngeliat hamparan savanah. Oh God, my eyes on heaven! Dan sebelas anggota Laskar Uye Adventure mendarat safely di Desa Ranupane.


Emang banyak banget suka dukanya jadi kaum minoritas di dalam suatu grup pendakian. Sukanya, gue terbebas bawa logistik dan perlengkapan grup. HURAAY! Dukanya, kita kaum wanita itu super lelet kalo lagi nanjak, dan akhirnya gue terpisah dari grup. Dan karena gue adalah orang yang paling lelet, gue selalu kena tenteng sweeper (yaitu Rudi dan Erlang). Maap ya merepotkan ^-^v



Gue memutuskan untuk nggak summit. Pertama, karena gue dingin-phobia. Kedua, karena gue lagi dateng bulan. Dan akhirnya gue bobo di tenda dengan posisi melintang karena takut ditemenin bobo sama tutu yang berbaring di kuburan sebelah camp kita. Ewwww..

Yang paling istimewanya dari Semeru, ternyata ada toilet di Semeru. Jangan salah sangka! Toilet Semeru itu lebih ngerik dibanding Blank 75. Why? Karena gue liat cowok yang lagi asik boker di situ tertimpa musibah. Pintu toilet yang dia pake tumbang dan gelak tawa pun pecah sepecah-pecahnya. Gue yang udah bunuh-bunuhan buat merebutkan tisu basah dan udah menahan mules sedari tadi yang terus menggila memilih untuk mundur dari toilet Kalimati.

Di Ranu Kumbolo, akhirnya gue memutuskan buat boker saat gelap hari. Dengan sok akrabnya seorang cowok yang lagi masak di tenda menyapa gue saat perjalanan. "WOHOO AKHIRNYA LO SAMPE JUGA!"


Gue bengong-bengong bego, dia masang tampang yang lebih bego lagi. "Hah, maksudnya?" 

Dia pun bingung liat gue, dan baru sadar kalo gue bukan orang yang dia maksud. "Sorry, sorry, salah orang. Dikirain tadi temen saya, soalnya jaketnya biru juga."

"iiihh bukaaaan keleeus...."

"Maaf ya Mbak. Maaf! Salah orang, hehe."

Gue cengengesan sejadi-jadinya.

Setelah misi tercapai, perut lega, gue balik ke tempat camp. Pas sampe di depan tenda-tenda, gue terbengong-bengong ngeliat cowok-cowok yang bengong ngeliat gue. "Hah, aku salah tenda ya...."



Walo nggak summit top of Semeru, gue nggak nyesel si. Karena view Semeru tuh asik dan tracknya nggak sadis kayak mantannya Afgan. And I came back to Jakarta with happy heart walo harus naik kereta murah rasa kandang ayam. But so far, it went well. Well, it was not really well. Gue menatap lesu pada nasib harus melewati sekurang-kurangnya 15 jam di dalem kandang ayam ini. Dan tiba-tiba...

Someone came and sat beside me..

"Hey, ketemu lagi. Gimana? Nyampe puncak Semeru nggak?"

Hah, you again! How coincidence!

2 komentar:

Maya mengatakan...

Kiblatnya Bang Acen banget ya Ky? Blogger idola ga semua pendaki itu emang kasih influence bingit yak :"D

Unknown mengatakan...

Hah masah sik? Ini karena gue kebanyakan baca blog Japen mungkin. Tp biasanya emang tulisan gue gag gini sieek. Agak2 sinis dan perumpaannya hiperbola banget