Senin, 25 September 2017

Bicara Buku: Angela's Ashes (oleh Frank McCourt)

Angela's Ashes, buku yang ditulis oleh Frank McCourt akan kisah masa kecilnya yang tragis. I can't really tell whether I like the book or I really hate it. Kenapa? Karena dari awal aku membaca buku ini, hampir seluruh isi dialognya mengandung kata-kata sarkastik. Sepanjang membaca buku New York Times Bestsellers ini aku pun bertanya-tanya apakah ini benar-benar menggambarkan kehidupan orang-orang Irlandia yang sebenarnya terjadi pada masa itu? Buku ini membuat aku berpendapat setiap anak yang terlahir dari rahim keluarga Angela (ibu dari Frank McCourt) akan dibesarkan oleh penderitaan, perlakuan kasar, dan kebodohan dari setiap kepala keluarga yang tak memiliki rasa bertanggung jawab. Jika banyak pembaca yang berpendapat bahwa Frank menarasikan kisahnya dengan melebih-lebihkannya, aku justru berpikir bahwa Frank menjelaskan dengan sangat lugu dan lucu, and that made me want to kick Frank's father in the head sometimes, bukannya turut menangis dan meratapi pedihnya kehidupan yang Tuhan telah takdirkan.

Ya, mungkin kita bisa memilih pasangan hidup yang seperti apa yang baik untuk kehidupan kita ke depannya. Namun Angela telah terlanjur menaruhkan hatinya dengan pria pecandu alkohol, dan mereka telah tertangkap melakukan hubungan intim di luar pernikahan, dan dari sini lah awal penderitaan Angela dimulai. Frank McCourt dilahirkan setelah empat setengah bulan pernikahan mereka berjalan. Frank percaya bahwa ia ialah bayi ajaib yang dilahirkan lebih cepat dibanding bayi-bayi normal lainnya. Butuh waktu untuk Frank memahami kenyataan yang sebenarnya bahwa ia ternyata tidak menyandang gelar yang sangat istimewa itu.

Frank ialah kakak tertua yang telah kehilangan ketiga adiknya akibat dilahap oleh kejamnya kuman-kuman yang mampu bertahan pada perut-perut kosong adiknya. Tak jarang ia pun terpaksa harus mencuri makanan atau berkerja keras mencari uang agar ibunya tidak mengusap air matanya lagi melainkan mengisi perut seisi keluarga dengan makanan dan tidak mengemis-ngemis lagi ke sana ke mari. Di kala Frank harus menanggung semua derita dan beban itu, sang ayah malah sibuk meminumkan semua penghasilannya ke tempat minum-minuman alkohol. Hanya air gula dan roti manis yang bisa Frank andalkan setiap harinya untuk bertahan hidup dan merasakan lagi hari-hari berikutnya betapa menderitanya kulit yang menempel ke tulang. Apakah hari ini ia masih diberi kesempatan untuk mengunyahkan roti manis dan meneguk air gula ke dalam perutnya? Hanya Tuhan yang tahu.

You can't find any good quote that you want to catch from this book, atau bahkan drama romantis atau akhiran manis dari panjangnya asam pahitnya hidup yang Frank tanggung. Frank membawa pembacanya dengan mudah mengimajinasikan kejadian yang terjadi padanya seakan-akan pembaca adalah teman imajinasinya yang setia selalu berdampingan dengannya. Buku ini mungkin tidak menampilkan kisah atau tokoh yang luar biasa. Tetapi Frank mampu menarasikan dengan sangat baik, tragis, cerdas sekaligus lugu, dan lucu yang tak akan menghentikan kita membaca buku sebelum sampai pada akhir halaman. Dari buku ini, Frank mencoba membagikan kebahagiaan-kebahagiaan kecil yang mampu ia hadirkan sendiri untuk bertahan hidup di hari berikut-berikutnya. I give this book 4 from 5 stars.

Tidak ada komentar: