I was not really into 'read a book' when I first started to love the book. Aku suka bentuknya. Aku suka menggenggamnya dan membawanya bersamaku. Aku suka memeluknya dalam tidurku, memeluk jutaan kata yang tersimpan di dalamnya. Membuka isi buku itu rasanya seperti membuka setiap jendela yang memberikan pemandangan megah dan indah, dan terdapat jutaan kata-kata yang menari-nari di udara dan membawaku terbang ke langit. Oke, udah mulai berlebihan. Back down to the earth, Okky. Hellaaah emangnya eyke ante peri tantiiikk.
Sebelum Liesel menyandang gelar 'The Book Thief' (Pencuri Buku), ia tak terlalu memahami buku itu sendiri. Ia bahkan belum bisa membaca. She just simply love to grab it. Liesel memeluk Gravedigger's Handbook (panduan menggali kubur) di setiap tidurnya yang terus mengingat kenangan pahit akan dinginnya kereta yang menghantarkan maut yang menjemput adiknya. Ibunya yang tak sanggup membesarkannya pun harus merelakan ia tinggal dengan orang tua angkatnya, Hans dan Rose. Hans berusaha membantu Liesel membuka lembaran baru di hidupnya dengan mengajarkannya beberapa kata yang ada pada buku yang digenggamnya itu. Menurut aku pribadi, Liesel merasa memiliki hubungan spesial dengan buku, because it has soul that is connected to her heart. That was how I feel in love with books at first.

Rudi, pemuda kecil berambut lemon yang terobsesi dengan ciuman Liesel yang tak pernah sekalipun dialaminya, ialah sahabat setia Liesel yang sangat menyayanginya walau lontaran kata menyebalkan sering ia layangkan pada Liesel. Mereka selalu bertengkar saat bersama, tapi tak pernah berpikir untuk berpisah karena tanpa Liesel sadari dan akui mereka saling menyayangi satu sama lain. Liesel hanya menyadari bahwa hampir seluruh kepeduliannya terpusat pada Max, lelaki Yahudi yang Hans dan Rose simpan di ruang bawah tanahnya. Hans merasa memiliki hutang nyawa pada ayah Max dan harus menjaga anaknya tetap hidup dan tersembunyi di ruang bawah tanah. Selain membaca buku yang terkadang tak Liesel pahami maknanya (she just love to read the words), ia sangat menyukai menghabiskan waktu dengan Max di ruang bawah tanah dengan sekedar memberi kabar dari koran atau cuaca di luar untuknya.
Kala itu, salju turun dan ruang bawah tanah sangat dingin. Hans dan Liesel membawa berember-ember salju ke bawah tanah untuk Max. Namun salju yang dibiarkan mencair itu hampir membawa ajal untuk Max. Dengan membacakan buku-buku yang Liesel curi dari perpustakaan, ia berharap Max terbangun dari tidur panjang yang menyiksa tubuhnya. Liesel percaya buku dapat mengusir pedih, menyelamatkan nyawa dan setiap harapan manis yang hampir pupus.
Buku ini dituliskan dengan sangat cerdas, dinarasikan oleh kematian, dan diakhiri dengan tragis. I don't want to spoil the end. Tapi buku ini tak akan berkurang nilainya kok untuk dibaca walau kita sudah tahu akhir ceritanya. The Book Thief, buku paling pavorit yang pernah aku baca. Simply, karena aku merasa aku melihat bayangan masa kecilku yang lugu pada sosok Liesel. Liesel yang percaya bahwa menggenggam buku seperti menggenggam dunia di tangannya, membawanya harapan, dan membentuknya menjadi dirinya.
Buku ini dituliskan dengan sangat cerdas, dinarasikan oleh kematian, dan diakhiri dengan tragis. I don't want to spoil the end. Tapi buku ini tak akan berkurang nilainya kok untuk dibaca walau kita sudah tahu akhir ceritanya. The Book Thief, buku paling pavorit yang pernah aku baca. Simply, karena aku merasa aku melihat bayangan masa kecilku yang lugu pada sosok Liesel. Liesel yang percaya bahwa menggenggam buku seperti menggenggam dunia di tangannya, membawanya harapan, dan membentuknya menjadi dirinya.
I give 5 from 5 stars for Markus Zusak who created a beauty Liesel.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar